Mencuri Waktu dengan Filsafat, Sastra, Sejarah dan Seni

Mencuri waktu. Bukan dalam arti yang buruk—lebih seperti merampas menit-menit kecil dari hari yang sibuk untuk duduk, menenggak kopi, dan membiarkan pikiran lari ke buku tua, lukisan, atau catatan sejarah yang membuatmu merasa lebih besar sekaligus lebih biasa. Filsafat, sastra, sejarah, dan seni itu seperti teman obrolan di kafe: kadang serius, kadang menggelitik, seringkali memancing tawa atau satu dua kekesalan. Di sini aku mau ngobrol santai tentang bagaimana literatur klasik dan modern bisa jadi alat untuk ‘mencuri waktu’ yang berkualitas.

Mengobrol dengan Plato dan Montaigne — Filsafat yang Nyaman

Filsafat tidak selalu harus berat. Bayangkan duduk bersama Plato di sudut kafe, lalu berpindah ke meja Montaigne yang santai, menyesap teh, dan membahas apa itu kehidupan baik. Filsafat klasik memberi kerangka: etika, politik, pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran. Sementara esai-esai Montaigne atau pemikiran modern seperti Simone de Beauvoir dan Albert Camus memberi warna personal yang hangat. Aku suka membaca fragmen-fragmen itu sebelum tidur. Cepat saja, beberapa halaman yang membuat hari tampak lebih masuk akal. Ada argumen panjang. Ada kalimat singkat yang menusuk. Intinya, filsafat mengajarkan kita cara menanyakan—bukan selalu menjawab.

Dari Homer ke Pramoedya — Sastra sebagai Waktu yang Bisa Dipinjam

Sastra adalah mesin waktu yang halus. Homer membawa kita ke medan perang antik. Tolstoy membuat musim bersalju terasa dingin di tangan. Pramoedya memberi napas nasionis yang pedas dan penuh luka. Dan di lain sisi, ada suara-suara modern yang cekatan: Elena Ferrante, Mohsin Hamid, atau penulis-penulis lokal yang menuliskan kota dengan cara yang belum pernah kubaca sebelumnya. Bacaan klasik sering kali panjang dan intens. Bacaan modern bisa langsung menikam. Kedua jenis itu saling melengkapi. Kadang aku membuka novel tua di pagi hari, lalu menutupnya dengan novel kontemporer di sore hari—seolah menukar kacamata untuk melihat dunia dari sudut yang lain.

Sejarah: Bukan Sekadar Tanggal, Tapi Cerita yang Bisa Kamu Nikmati

Sejarah sering diberi label ‘membosankan’. Salah. Sejarah bisa menjadi gossip panjang tentang bangsa-bangsa, obsesi kekuasaan, cinta yang membawa perang, atau kebodohan yang lucu. Howard Zinn merangkum sisi lain Amerika; Yuval Noah Harari menjelaskan pola besar dengan gaya yang mudah dicerna. Aku suka menelusuri arsip, membaca biografi, lalu melompat ke esai sejarah kebudayaan. Itu seperti mengumpulkan potongan puzzle. Dan saat potongan itu bertemu, ada momen kepuasan yang manis—seperti menemukan jalan pintas pulang.

Seni dan Budaya: Melihat Dunia Lewat Kanvas dan Panggung

Seni memaksa kita untuk berhenti—untuk melihat. Dari lukisan klasik Rembrandt hingga mural Banksy yang bandel; dari tarian tradisional sampai instalasi video yang membuat kepala berputar. Seni menyentuh bagian dari kita yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Di masa sibuk, aku sengaja menyisihkan beberapa jam dalam seminggu hanya untuk pameran kecil atau membaca kritik seni. Kadang juga cukup menonton film lama atau menulis catatan tentang lagu yang memukul hatiku. Seni juga budaya: makanan, bahasa, ritual. Semua itu membuat pencurian waktu jadi berkelas.

Ada sesuatu yang sakral saat membuka buku di kafe. Suara mesin espresso, halaman yang berdesir, orang-orang berbicara di meja sebelah—semua latar itu membuat bacaan lebih hidup. Jika kamu sedang mencari tempat untuk menambah rakmu, aku sering mengendap-endap ke toko daring, melihat catatan editor, dan membeli karya-karya yang tak biasa; salah satunya adalah thehumanitiesbookstore, tempat yang sering memberiku rute baru lewat buku-buku humaniora.

Mencuri waktu bukan soal menghindar dari tanggung jawab. Justru sebaliknya. Dengan mencuri waktu untuk membaca filosofi, menikmati sastra, memahami sejarah, dan menyaksikan seni, kita pulang dengan kepala yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih. Waktu yang dicuri itu kembali sebagai bahan bakar—bahan bakar untuk bekerja lebih baik, mencintai lebih tulus, dan berargumen lebih bijak. Jadi, ayo curi waktu sedikit hari ini. Ambil buku, pilih karya lama dan baru, dan biarkan kota berputar di luar jendela kafe.